Pada dinding senja

Ku termengung
Pada luas langit
Senjakala itu
Burung pelikan menggusur
Lihat sama memandang
Pada lubuk kesepian itu

Pandangan luasmu kosong
Tiada terisi suri jiwa
Rimba seri wajah terabai
Dek rimba terusung tiada
Jurang antara kamu dgn dunia
Seinfiniti tikar langit
Sedalam ruas angkasa
Setinggi dimensi masa

Dunia tinggalkanku
Jauh dari tuhan
Kosongnya hitam sepi
Meski luas hati tersepit
Walau dekat mustahil tergapai
Jika dikejar jauh meninggalkan
Itulah sifatmu
Wahai keinginan wahan

Kembalilah ke sini
Jalan ke mari
Dekat dengan rabbi
Perhambakan diri
Jaga hati
Insani syurgawi

#notadiri #hisabinfiniti #taghyir

Talk at masjid wilayah

Sy hadir dalam satu talk daripada ustaz Nouman Ali Khan. di sini sy akan berkongsi catitan nota yg sy dapat daripada ceramah beliau. entry blog ini akan bercampur bahasa, harap ia tidak menganggu konsentrasi para pembaca. tajuk ceramah ialah surah Al Baqarah tafsir with ustadh Nouman Ali Khan. Walaupun ceramah yang disampaikan dalam masa 2 jam, tetapi banyak intipati yang dapat diambil.

Ustadh Nouman Ali khan membaca ayat 142 hingga 152 dan mentafsirkan ayat tersebut, kerana konteks ayat ini membawa signifikasi yang amat penting untuk kita.

The jews, they know about kaabah. Since ibrahim had build it for a purpose. As it is revealed in the taurat at the time of Musa AS. In the Quran also mentioned how arabic people at the time of Musa AS already know about Kaabah (when Musa AS work for 8 or 10 years for the father of a girl he married). Initially, when muslim come to madinah, the jews think that muslims and them are on common ground since both are following the same direction for prayer. In ayat 142, the jews argue on how the kiblat direction had change. how interestingly, the ayat mentioned about "the foolish among the people", this happened when, ustadh say the scholar keep their mouth shut listening the argument between Rasulullah SAW and the jews.

Allah specifically mentioned about the scholar in ayat 144:

 "...Indeed, those who have been given the Scripture well know that it is the truth from their Lord. And Allah is not unaware of what they do". 

Also in ayat 146 the scholar was mentioned again:

"Those to whom We gave the Scripture know him as they know their own sons. But indeed, a party of them conceal the truth while they know".

they have this feeling of being superior. "I have knowledge! I can do all sort of thing" kind of feeling. The scholar feel they were more superior and have greater qualification than the Rasulullah which is "ummiyi". they were overwhelmed by jealousy. However, the ironical truth that they were the cause of corruption among people. If the scholar support Rasullulah, maybe the jews might not argue on the fact, but they keep their mouth shut despite knowing the truth.

point number 1: don't become obsessed with superiority of knowledge (arrogance)

In ayat 145, Allah mentioned on how the jews follow thing without basis "al ahwa". 

"And if you brought to those who were given the Scripture every sign, they would not follow your qiblah. Nor will you be a follower of their qiblah. Nor would they be followers of one another's qiblah. So if you were to follow their desire after what has come to you of knowledge, indeed, you would then be among the wrongdoers".

In this ayat also stress on not becoming like the jews, who did not want to follow the kiblat and not even follow other jews qiblat. they just want to do what they wanted. Then, people like this are those are among the wrongdoers or zalim.

point number 2: don't follow "al ahwa", do things with a right basis


Then, in ayat 147 after mentioning about the bad habit of corrupted scholar, Allah mentioned about not to be confused about them. They (the scholar) do things without basis and the ultimate truth is hidden within the curtain of Allah's help. so, we as a person need not to be sidetracked by the action of scholar who opposed Rasulullah SAW. in this ayat the warning is very serious like "don't you dare being confused".

ayat 147: "The truth is from your Lord, so never be among the doubters".

Even the jews that argue with Rasulullah maybe disagreed but that does not mean that they hate, maybe they just don't know and wanted to know the truth. This ayat obliged us to know that our validation come from Allah and not from other.

point number 3: don't be sidetracked by others that can drag you with them

Then, ayat 148 illustrate on how people have their own direction which they going to face it. For example: people who want to be rich will go to the direction of collecting money by facing various hardships, people who want to be intelligent will study all night and read many books and people who wanted to be great leader will climb into any opportunities to manipulate others. This ayat explain on how people will go different way to reach an ultimate goal and will submit to the ultimate goal of their life. To achieve the ultimate goal, people will definitely create a path for it and walk on that path. The path can mean everything to them, and people would turn the path out of obsession.

ayat 148: "For each [religious following] is a direction toward which it faces. So race to [all that is] good. Wherever you may be, Allah will bring you forth [for judgement] all together. Indeed, Allah is over all things competent".

That is not even the worst part yet, the worst part is they even drag other people to the same path out of people's admiration. youth these day have this notion: free to do things in life: "I have a keen and young spirit, I don't affect other people!" However, we can cause people to be inspired to turn the same path. May we not take the path of the wrongdoers or zalimin.

point number 4 : know the ultimate goal of life, inspire people to go the right path!

Why do we face kaabah during pray? why facing the kaabah make us want to do good things?

"likulli wijha...fastabiqul khairat"

this phrase teach us to race on the capabilities and opportunity given by Allah to do all good things, before facing Him in the judgement day. This is because facing the kaabah reminds you and me towards the day of judgement where we will be facing Allah SWT. This curtain of deen we were facing tested our iman and our goal. our ultimate purpose of life. ustadh mentioned "al haq" translated to purpose/goal.

The completion of kaabah's purification and Rasullulah's SAW role as a messenger had put us to a role to be among the person that directly connected to the legacy of Rasulullah SAW.

"wa yu'alimukum ma lam takunu ta'lamun" [from ayat 151]

ayat 151: "Just as We have sent among you a messenger from yourselves reciting to you Our verses and purifying you and teaching you the Book and wisdom and teaching you that which you did not know".

interestingly, ibrahim build the kaabah to make people worship Allah and teach people about knowlege about deen and concern towards others. This is how we see that Allah had granted Nabi Ibrahim's doa by granting us the ummah with Al quran and Rasulullah to teach us about it. we have to be concerned for humanity and embody the full scope of Ibrahim's AS du'a. We don't own islam, Islam own us. we are the religion that concern everybody, the most international ummah.

Last point made clear, at the month of Ramadhan where the quran was given to us. We should remember this month how quran is for everybody. We should share knowledge of quran to others and make them understand the miracle of this book.

last point: share good things! make humanity!

May this share will give good meaning to you and me. Assalamualaikum..

Liqa sharing

5 key action item tadabbur surah 'Abasa

1) Laksanakan dakwah kepada sesiapapun yang berada dalam lingkungan kita

2) Sentiasalah merencana yang terbaik untuk melindungi dakwah ini

Strategi Rasulullah SAW menyampaikan dakwah kepada kaum pemerintah dengan harapan pengislaman mereka mampu menyelamatkan dakwah dan umat.

3) Utamakan mereka yang mahu walaupun mereka tidak berada di dalam sasaran kita
Rasulullah ditegur kerana tidak mengutamakan Abdullah Ummu Maktum yg mencari islam sedangkan pemerintah-pemerintah yang didekati pada masa itu tidak langsung mahu menerima islam

4) jangan mengutuk dan menyebabkan saudara kita terasa hati dalam berinteraksi dengan mereka
Kisah bilal yang terasa hati dengan Abu Dzar yang memanggilnya hitam

5) sentiasa menjadi mereka yang memberi dalam segala bentuk seperti orang yang mendahulukan permohonan maaf, sekalipun kita merasakan bahawa bukan kita yang bersalah

kembali berpuisi, kembali menulis nanti

Krik krik
Busut berterbangan
Angin bayu bertiupan
Cengkerik2 di hutan berteriakan
Orang-orang kayu di padang
Terpacak sendirian mendepa tangan
Cenderawasih tak langsung singgah
Tupai tak langsung berkunjung

Krik krik
Malam mengganti matahari yang bisu
Pohon pula menyingkirkan daunnya
Senyap tanpa sebarang bunyi
Semut hitam hilang dipandangan
Musang sakit tak kedengaran
Hiruk pikuk burung hantu
Ditelan salji bertimbunan
Kawanan pungguk pula
Tak lagi rindukan bulan

Krik krik
Lampu dipasang
Terduduk di sini
Tak tahu apa nak jadi
Menunggu menyilang jemari
Saat kalimah dari hatimu
Terkeluar menyahut
Deruan rindu dlm hati ini

Pendapat

Personaliti tercermin pada diri melalui kisah hidup yang dilalui. Ada beberapa aspek penting dalam pemikiran yang menyumbang kepada ilmu dan pendapat seseorang individu. Persoalan yang perlu kita tanya pada diri ialah  bagaimana boleh menyatukan hati yang tidak sama merasai manisnya kehidupan berada di jalan yang benar? Pendapat itu diproses melalui janaan minda. Keterbukaan untuk menerima pendapat orang lain pula datangnya dari hati yang mudah berlapang dada. Jika kita seorang yang suka melontarkan pendapat, adakah pendapat kita cukup bernas untuk kawan-kawan ataupun masyarakat menerimanya dengan hati terbuka?

Lontaran pendapat adalah satu medan dakwah. Brainstorming merupakan satu langkah yg sentiasa digunakan pada mulanya untuk merangka strategi supaya target yang disasarkan tercapai. Demikian pula apabila kawan yg mempunyai masalah kesempitan. Mereka mungkin memerlukan semangat dari buah fikiran sahabat handai. Seperti seorang murid yang melihat guru menulis jawapan kpd soalan exam. Jika murid itu tidak menjawab sepertimana yg ditunjuk guru tersebut, maka sudah tentu mereka akan mengambil pengalaman itu sebagai satu teladan dan tidak akan membiarkan pisang berbuah dua kali.

Jangan malu untuk melontarkan pendapat, tetapi hendaklah kena pada masanya. Selalunya pendapat datangnya dari inspirasi. Maka, itulah manifestasi kepada apa yang kita percayai. Masalahnya, jika kita memendam hasrat tetapi mengamalkannya dengan gerak hati sendiri bagaimana mungkin kita tahu sejauh mana kesahihan pendapat itu? Walaubagaimanapun, untuk menerima teguran mental perlu ada rasa rendah diri dan jauhi dari sikap takabbur. Kerana kita pencari ilmu bukan seorang raja.

Pendapat itu menyebabkan kita mempunyai keunikan tersendiri. Kesedaran pada diri berbentuk kewajaran idea menyebabkan kita terikut-ikut dengan arah tersebut. Minat dan keperibadian diri pula memainkan peranan masing-masing dalam membentuk penilaian berterusan terhadap apa yang mereka pelajari. Percambahan idea pula selalunya terhalang apabila seorang individu dikuasai sikap buruk seperti malas, takabbur, panjang angan-angan dan sebagainya. Hati yg keras menyebabkan susah untuk mereka menerima kestabilan penularan ilmu dari semasa ke semasa.

Oleh itu, peranan seorang pemikir ialah memahami inti pada kesulitan seseorang yang ditarbiah dan menyelesaikan pada dasarnya. Kita tidak boleh mencampuri keseluruhan masalah kerana ia akan menimbulkan perasaan lain. Tapi kita boleh membantu supaya mereka merasai yang masih belum terlambat untuk beralih langkah. Belum terlambat untuk berhijrah. Belum terlambat untuk berpindah randah.

Berat dan tak tenang jiwa

Seorang pemuda memikul batu yang berat, namun kerana tidak mampu menahan bebanan batu dia memilih untuk melontarkannya. Tetapi setelah melontar, terkena pada kaki sendiri. Itulah apa yang berlaku kepada orang yang mempunyai jiwa yang berat dan tidak tenang. Mungkin kerana kesempitan harta menyebabkan mereka tidak dapat mengelak dari tersiksa dengan ancaman kemiskinan dan kepapaan. Hal ini juga boleh terjadi kepada mereka yang mendapat harta melalui kerja-kerja yang dilakukan secara terpaksa dan dengan perasaan terganggu kerana takut digugurkan daripada jawatan yang dipegang.

Segelintir dari kita mempunyai maruah. Maruah dijadikan sebagai titik tolak kepada perkembangan motivasi setiap insan. Perjuangan maruah menjadi pendorong utama kepada golongan muda untuk mencari sumber pengalaman demi mencapai strategi yang terbaik untuk mengapai impian tersebut. Tidak mungkin bagi seseorang pemuda tidak mempunyai apa-apa untuk diperjuangkan dalam kehidupan. sekurang-kurangnya kita tentu akan memperjuangkan maruah diri.

Apa itu maruah? apa kaitan maruah dengan kesempitan jiwa?

Seseorang yang mempunyai maruah tidak semestinya memperjuangkan yang baik. mungkin mereka memperjuangkan maruah keluarga daripada tiada sumber rezeki dengan melakukan kerja-kerja haram. Ada juga yang menzahirkan diri sebagai pejuang yang mempertahankan maruah institusi namun sebenarnya mereka ingin memelihara maruah diri dengan jawatan-jawatan kehormatan yang tinggi. 

Hakikatnya, dalam islam kita perlu mempunyai maruah. tetapi maruah dalam islam perlu mengikut fitrah. Iman dan takwa perlu dilandaskan dengan amal soleh, bergitu juga dengan maruah. Untuk memperjuangkan sesuatu hak, kita perlu memuaskan hak Yang Maha Mengetahui. Setiap individu mempunyai hak terhadap diri masing-masing dan orang disekelilingnya. hak terhadap diri seperti mencari ilmu, menjaga aib, mencari rezeki dan sebagainya. hak terhadap orang lain seperti menjaga akhlak, menolong yang memerlukan dan sebagainya. isolasi terhadap maruah merupakan satu perkara yang boleh menyebabkan hati menjadi tidak tenang. Hal ini boleh berlaku apabila seorang individu terlalu mementingkan hak terhadap diri sendiri melebihi hak terhadap yang lain. 

Jika masyarakat tidak lagi menjadi intitusi yang sentiasa menjaga hak masing-masing, maka jenazah akan dibiarkan tanpa pengurus, Suami isteri akan membiarkan anak membesar tanpa identiti diri dan masjid yang dihuni oleh mereka yang mengiginkan wang ringgit. 

Penting untuk difahami disini objektif menjadi satu masyarakat yang menjaga hak masing-masing tidak bermaksud kita membiarkan mereka atau berlepas tangan. Malah dalam Al Quran ada diceritakan bagaimana kaum yang terdahulu terkena laknat daripada Allah kerana tidak mencegah kemungkaran yang bermaharajalela dalam negara. Menjaga hak adalah misi yang perlu dirangka melalui persahabatan, penyampaian ilmu, muhasabah dan lain2. Sepertimana seorang suami perlu menjaga hak isteri dan anaknya, bergitulah juga tanggungjawab kita memelihara keharmonian institusi masyarakat.